Ngobrol Santai Tentang Hutan Sebagai Sumber Pangan Bersama WALHI - Forest Cuisine Blogger Gathering

Forest Cuisine Blogger Gathering Bersama WALHI dan Blogger Perempuan Network, ngobrol-ngobrol seru tentang hutan sebagai sumber pangan, peran perempuan dalam menjaga hutan, serta belajar masak dari hasil olahan hutan.

WALHI Forest Cuisine
WALHI Forest Cuisine Blogger Gathering
Apa kabar, teman-teman?

Tinggal di kota bukan berarti saya nggak peduli dengan kondisi hutan. Karena sayuran serta buah-buahan yang saya beli di sini, juga banyak sekali yang merupakan hasil dari hutan. Begitupun dengan isi rumah atau yang saya kenakan, tentunya ada yang merupakan produk hasil hutan.

Makanya pas ada lomba tentang hutan sebagai sumber pangan, saya tertarik banget ikutan. Begitupun dengan teman-teman lainnya, yang pada akhirnya 30 bloggers dari kami pun diundang untuk seru-seruan ngobrolin hutan sebagai sumber pangan, bersama WALHI dan Blogger Perempuan Network, yeayyy...

Eh ngomong-ngomong, teman-teman udah pada mampir belum di postingan saya yang pertama? Ahahaa... kalau belum, yuk ah sekalian mampir di Sepiring Rendang dari Hutan Indonesia

Sabtu pagi 29 Februari 2020, berangkatlah saya menuju Almond Zucchini Cooking Studio. Wah kok diadainnya di cooking studio? Iyess, karena selain ngobrol seru tentang hutan, kami juga diajak untuk belajar masak bareng Chef William Gozali. Uwuwuwww... hepi sekaligus deg-degan, karena masak yang bakalan dinilai langsung sama chef juaranya MasterChef 3 ini, haha...

Tadinya pikir saya, ngomongin hutan bakalan jadi acara yang serius banget nih, haha... Eh tapinya enggak kok. Mba Fransiska Soraya – si kakak MC - memandu sepanjang acara dengan keren banget, seru dan ngakak-ngakak juga.

“Selain teman-teman bloggers dari Jabodetabek, ada nggak sih yang berasal dari daerah lainnya?” Tanya Mba Soraya.

Eh salah seorang blogger lelaki menunjuk, “Saya dari Palu.”

Waaaa... kece. Iya, 30 bloggers dari kami memang nggak semuanya perempuan. Ada juga 2 bloggers lelaki yang diundang.



Setelah games-games dikit biar kami makin semangat, selanjutnya kami pun nonton video dulu tentang lingkungan hidup di negeri ini yang dirusak, yang salah satunya tentang pembakaran hutan. Sedih memang kalau dengar hutan Indonesia kembali dibakar, karena dampaknya nggak cuma tentang asap aja, tapi juga sumber pangan yang lama-lama bisa musnah kalau hutannya dibakar terus.
Jadi melalui video ini, yuk kita sama-sama menjaga negeri kita mulai dari hal yang terkecil, misalnya jangan buang sampah sembarangan dan bijak menggunakan plastik.  

Selesai nonton video tentang lingkungan hidup, Mba Soraya lanjut memperkenalkan 4 perempuan hebat yang menjadi narasumber Forest Cuisine Blogger Gathering ini. Ada siapa ajaaa...

WALHI Forest Cuisine
Dari kiri: Ibu Tati, Mba Alin, Mba Tresna, Mba Windi - WALHI Forest Cuisine Blogger Gathering
Mba Khalisa Khalid – Perwakilan Eksekutif Nasional WALHI

Mba Tresna Usman Kamarudin – WALHI Champion di Kelurahan Sakuli, Kolaka, Sulawesi Tenggara

Ibu Sri Hartati – WALHI Champion dari Pesisir Selatan, Sumatera Barat

Mba Windy Iwandi – Food Blogger dan Instafoodie @foodirectory


Peran Perempuan Dalam Menjaga Hutan

Kalau ngomongin tentang manfaat hutan, pastinya banyak banget ya. Mulai dari menjadi paru-paru dunia yang menghasilkan udara segar, menjadi tempat cadangan air biar nggak kena banjir dan tanah longsor pas musim hujan tiba, juga untuk keperluan pangan sehari-hari pun bergantung dari hasil hutan.

Nggak cuma para lelaki aja, peran perempuan dalam menjaga hutan pun sangat luar biasa. Mulai dari sebagai penjaga pangan keluarga, dengan mengambil hasil hutan untuk dimasak. Lalu menjadi penjaga kesehatan keluarga, dengan mengambil dedaunan atau rempah-rempah kalau anggota keluarga ada yang sakit. Hingga para perempuan pun juga bisa mendapatkan penghasilan dengan berdayakan hasil hutan.


WALHI Forest Cuisine
Beberapa produk UKM WALHI hasil dari hutan - WALHI Forest Cuisine
Selain itu, hutan juga merupakan identitas adat. Karena adanya hutan dengan kearifan lokal di daerah itu, makanya bisa ada kuliner lokal yang bahkan bisa menjadi kebanggan Indonesia di mata dunia. Misal di daerah itu udah nggak ada lagi hutan sagu, kita jadi nggak bisa menikmati papeda dan kuliner lokal lainnya yang berbahan sagu, kan.

Satu hal yang bagi saya cukup menyedihkan adalah ketika Mba Alin cerita tentang Dusun Silit di Kalimantan Barat. Di sana mereka sedang mempertahankan rimba terakhirnya, karena sekelilingnya udah habis dengan perkebunan sawit. 

Nah trus sebagai orang yang tinggal di kota, gimana sih caranya biar kita juga bisa turut andil dalam menjaga hutan?

Kata Mba Alin, kita bisa membeli atau mengkonsumsi jualannya petani Indonesia. Mungkin ada yang lebih mahal dibanding barang impor atau brands besar, karena namanya UKM mungkin masih belum bisa produksi besar-besaran (yang bikin harga jual jadi bisa lebih murah). Makanya kita mesti dukung, biar petani Indonesia sejahtera.

Oh ya tadinya pikir saya, WALHI yang merupakan singkatan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, cuma berfokus dalam menjaga hutan dan lingkungan hidup lainnya aja. Tapi ternyata, sebagai organisasi lingkungan hidup terbesar di Indonesia, WALHI juga memberikan edukasi dan dukungan dalam mengelola produk hasil hutan.

Selain itu bagi para petani yang nggak punya tanah, WALHI juga mengupayakan hal ini, yang biasa mereka sebut dengan Wilayah Kelola Rakyat.

Untuk lebih lengkapnya tentang WALHI, mungkin teman-teman juga ada yang mau bergabung dalam keluarga besar WALHI, atau mungkin juga ingin ikut memberikan donasi pada kegiatan WALHI, boleh langsung ceki-ceki ke web-nya aja ya di walhi.or.id


Hutan Sagu dari Kelurahan Sakuli, Kolaka, Sulawesi Tenggara

Setelah menyimak Mba Alin yang bercerita banyak tentang kegiatan WALHI, selanjutnya kami pun berkenalan dengan Mba Tresna, yang merupakan salah satu dari WALHI Champion.

Walaupun dulunya orang Depok, tapi Mba Tresna memang asli dari Kelurahan Sakuli, di Kolaka Sulawesi Tenggara sana. Bersama anak muda di Kelurahan Sakuli, Mba Tresna mengajak anak muda di sana untuk mengelola hutan kearifan lokal mereka, yaitu hutan sagu.

Dulu yang saya tau, papeda merupakan kuliner khas Papua. Ternyata papeda juga merupakan makanan khasnya masyarakat di Sulawesi Tenggara ya. Makanya hutan sagu harus selalu dilestarikan, biar papeda bisa selalu dinikmati.

Selain mengelola hutan bersama anak-anak muda, Mba Tresna juga memberikan pelatihan untuk para ibu-ibu, tentang cara mengolah limbah plastik menjadi nilai jual. Umumnya limbah plastik di sana adalah minuman gelasan. 

Mengelola hutan ini bukan berarti mudah. Kendala macam birokrasi pun pasti ada, tapi bersama anak-anak muda di sana, Mba Tresna terus perjuangkan itu. Kerennn... Moga segalanya dimudahkan ya, biar sagu dan produk hutan lainnya selalu bisa kami jumpai.


Dari Limbah Buah Pala, Menjadi Sirup Buah Pala

Dari Sulawesi Tenggara, kita terbang ke Sumatera Barat, alias berkenalan dengan Ibu Tati yang cantik sekali dengan pakaian adat Minang. Ibu Tati juga merupakan salah satu WALHI Champion, ketua kelompok ibu-ibu pengusaha UKM.

Kalau di sini peran WALHI adalah mengajarkan para ibu-ibu untuk mengolah limbah buah pala biar menjadi nilai jual. Jadi kalau biasanya dari tanaman pala itu yang diambil cuma biji pala untuk bumbu masak, nah buah pala ini biasanya dibuang gitu aja. Buah pala itu pun akhirnya dijadikan sirup.


WALHI Forest Cuisine
Sirup pala yang paling belakang, ada bumbu dapur dan madu juga - WALHI Forest Cuisine
Namanya bikin sirup, pastinya ada gula dan segala macem yang mesti dibeli. Nah modal usahanya ini, para Bundo Kanduang alias kelompok ibu-ibu ini mengadakan iuran bulanan. Wah luar biasa gigih ya, tapi pada akhirnya menghasilkan dong.

Sirup pala olahan Ibu Tati bersama kelompoknya, sekarang udah dijadikan welcome drink oleh salah satu hotel di Sumatera Barat. Dalam 1 jerigen sirup buah pala ini isinya ada 5 liter. Kalau pas musim liburan atau tamu hotelnya banyak, pesanan pun jadi makin banyak.

Waaa... moga hotel di Sumatera Barat lainnya pada ngeborong juga ya. Kalau kampung kita punya minuman khasnya, kenapa nggak kita banggakan pada turis yang datang.


Cerita dari Taman Nasional Tanjung Puting

Menjadi seorang food blogger dan juga instafoodie, tentunya nggak lepas dari kecintaan pada dunia makanan dan minuman. Terlebih pada Mba Windy yang udah mengurangi konsumsi daging, pastinya peran hutan sangat berjasa sekali akan kebutuhan pangan kakak foodie yang satu ini.

Mba Windy juga berbagi cerita sewaktu mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting. Sewaktu dia ke sana, ternyata lebih banyak turis asingnya ketimbang turis domestik. Padahal Taman Nasional Tanjung Puting itu keren banget. Udah gitu, makanan dan minuman hasil alamnya juga bisa kita nikmati langsung.

Wah asyik ya, moga tiket pesawat tujuan domestik makin terjangkau, biar saya dan kita-kita yang belum pernah ke sana, biar merasakan asyiknya traveling ke Taman Nasional Tanjung Puting dan juga tempat-tempat wisata alam yang cantik di negeri ini.

WALHI Forest Cuisine
Chef William Gozali in action - WALHI Forest Cuisine
Selesai sudah menyimak cerita dari keempat narasumber yang hebat-hebat banget. Selanjutnya kami pun pindah ruangan untuk masak-masak, horeyyy...

Kalau biasanya cuma nonton demo masak, kali ini kami diminta untuk praktek masaknya langsung, haha... Dalam arahan dan dinilai juga oleh Chef William. Yang kami masak adalah Fettuccine Mushroom Ragout atau fettuccine yang diaduk dengan saus jamur. Bahan-bahan dan cara masaknya simple kok, dan pastinya menggunakan pangan dari hasil hutan.


Resep Fettuccine Mushroom Ragout ala Chef William Gozali

Bahan-bahannya:

Fettuccine kurang lebih 1 bungkus
Secukupnya air untuk merebus fettuccine

Sedikit minyak masak
+_ 1 genggam daun bawang yang udah diiris halus
+_ 1 genggam daun kucai yang udah diiris halus

+_ ½ sdt lada
+_ 1 sdm butter
+_ 2 genggam jamur yang udah diiris halus

+_ 2 siung bawang putih yang udah diiris halus
2 centong sayur air
+_ 2 – 3 sdm cooking cream

+_ 2 sdm keju parut
Secukupnya garam


Lalu ini ya cara memasak Fettuccine Mushroom Ragout ala Chef William Gozali:

Tuang secukupnya air pada panci, didihkan. Masukkan fettuccine, masak hingga empuk sembari sesekali diaduk. Tiriskan.

Siapkan wajan, tuang sedikit minyak masak, lalu tumis daun bawang dan daun kucai hingga kering. Remember, hingga kering, bukan hingga layu doang, haha...

Masukkan garam dan lada.

Angkat tumisan, lalu lelehkan butter.

Masukkan jamur, tumis hingga kering. Remember lagi, hingga kering lagi.

Masukkan bawang putih, tumis (nggak lama sih)

Campurkan tumisan daun bawang dll tadi, lalu masukkan 1 centong sayur air, aduk.

Masukkan cooking cream, keju parut, dan 1 centong sayur air lagi, lalu matikan kompor.

Fettuccine yang udah ditiriskan, campurkan ke dalam saus jamur, lalu aduk merata. Cobain dulu ya garamnya.


“Bawang putih ini untuk memberikan rasa manis, jadi nggak ditumis diawal macam masakan lokal ya,” kata Chef William.

Trus ada yang nanya, “Chef, merebus pastanya dikasih minyak sedikit, nggak?”

“Nggak usah, karena mau dikasih minyak tapi nggak diaduk juga tetap aja bakalan lengket.”

WALHI Forest Cuisine
Fettuccine Mushroom Ragout persembahan dari tim ngiris dan tim masak kelompok kami - WALHI Forest Cuisine
Udah matenggg... Saatnya dinilai sama Chef William. Saya jadi tau, kenapa peserta MasterChef itu mukanya pada tegang-tegang banget, ternyata emang deg-degan ya masakan mau dinilai sama chef, haha...

“Ini numis jamurnya kurang kering ya, tapi karena minyaknya agak banyak, jadinya tetap gurih.”

Yeayyy... Lalu yang jadi pemenangnya itu dari kelompok tetangga. Kelompok kami nggak menang. Gara-gara si nita ini numis jamurnya kurang kering, ahahah... Jadi kalah deh...

Oh ya, bahan-bahannya saya tulis kurang lebih, karena beberapa memang nggak pakai takaran yang pas, dan ada juga bahan yang memang udah ditakarin.

WALHI Forest Cuisine
Kelompok kamii... bersama Chef William Gozali - WALHI Forest Cuisine
Acara pun ditutup dengan foto bersama dan makan siang. Selesai sudah seru-seruan ngobrolin hutan sebagai sumber pangan bersama WALHI dan Blogger Perempuan Network.

Makasih banyak ya WALHI yang udah ngundang kita-kita untuk belajar banyak tentang lingkungan hidup di negeri ini, khususnya tentang hutan sebagai sumber pangan. Makasih juga untuk komunitas kesayangan kita-kita, Blogger Perempuan Network. Moga BPN selalu menjadi host untuk acara-acara keren seperti ini.

Makasih juga untuk teman-teman yang udah mampir. Moga bisa memberi manfaat untuk teman-teman juga ya, biar kita sama-sama makin mencintai negeri ini.

No comments:

Post a Comment

Hai, temans... Makasih banyak ya udah mampir. Semua komen lewat jalur moderasi dulu ya :D Don't call me "mak" or "bund", coz I'm not emak-emak or bunda-bunda :P