Taman Marga Satwa & Budaya Kinantan, atau yang lebih dikenal dengan Kebun Binatang Bukittinggi, merupakan salah satu wisata anak dan keluarga di Sumatera Barat. Kebun binatang yang juga dilengkapi dengan Museum Rumah Adat Baanjuang, serta Jembatan Limpapeh yang terhubung dengan Benteng Fort de Kock.
Apa kabar, teman-teman?
Menjelang libur akhir tahun kemarin, memang berbarengan dengan Giva yang baru aja nerima raport, lalu libur sekolah dan mengaji. Teman-teman yang juga punya anak usia sekolah, mungkin juga sama ya. Untuk mengisi liburan Giva, sekaligus biar adeknya juga lihat-lihat hewan, capcuss lah kami ke Kebun Binatang Bukittinggi.
Karena mau ngajak saya,
neneknya Giva, serta nenek Saras, Giva sekeluarga boyongan pulang kampung dulu
dari rumah mereka di Kota Padang. Besoknya berangkatlah kami menuju
Bukittinggi.
Udah memasuki musim liburan,
jalanan pun dipadati oleh kendaraan plat BM dan plat B, haha... Warga Riau dan
Jakarta pada liburan ke SumBar nih. Jadi jalanan menuju Bukittinggi siang itu
lumayan macet juga sih.
Karena pingin makan
Itiak Lado Mudo Ngarai, jadilah kami belok dulu ke Ngarai Sianok. Nanti cerita
Ngarai Sianok di post berbeda ya...
Dari Ngarai Sianok,
lanjut kami menuju Kebun Binatang Bukittinggi. Wow jalanannya makin macet,
apalagi di area Jam Gadang. Akhirnya
ayahnya Giva pun parkir di depan ruko, lalu kami jalan kaki melewati tangga
yang menuju kebun binatang.
Naik tangga yang
lumayan engap juga, hahah... Di tengah siangnya Bukittinggi yang lumayan panas.
Nenek Saras sampe istirahat dulu naik tangganya, hahah... Giva naik tangga
sembari lari, sementara Adek Devin jalan kaki, nggak digendong. Hebattt...
Sampailah kami di atas.
Tinggal nengok ke kiri, udah kelihatan deh gerbang kebun binatangnya. Kanan dan
kiri jalan dipenuhi oleh kedai jajanan khas tempat wisata. Ada pula yang jualan
kacang rebus, untuk berbagi dengan monyet.
“Bu Ita, Giva mau rambut nenek...”
Kami pun berhenti dulu
di sebuah kedai rambut nenek, atau kalau saya dulu bilangnya gulali. Makanan
berkapas-kapas itu pun harganya Rp. 15 ribu.
“Nggak kurang ya, Bu?”
Mana tau bisa
ditawar kan, hehe... Dan ibunya cuma ketawa. Ya sudahlah, capcuss bayar. Belum
masuk, Bu Ita udah dipalakin aja, hahahah...
Alamat
dan Jam Operasional Kebun Binatang Bukittinggi
Sampailah kami di depan
gerbang Kebun Binatang Bukittinggi. Oh ya, teman Giva juga ada yang mau ke
Kebun Binatang Bukittinggi di hari yang sama. Jadi papanya anak itu ngabarin,
kalau parkiran udah penuh banget. Ini makanya ayahnya Giva markir di depan ruko,
di ruas jalan yang berbeda dengan kebun binatang.
Kebun Binatang
Bukittinggi ini berada di Jl. Cindua Mato. Benteng Pasar Atas, Guguk Panjang,
Kota Bukittinggi, Sumatera Barat.
Karena memang bisa
terbilang tempat wisata favorit, transportasi menuju Bukittinggi ini lumayan
beragam sih. Biasanya terpusat di area
Jam Gadang. Dari sana, kalau mau ke kebun binatang ini atau tempat wisata
sekitar, bisa naik delman, atau taksi online,
serta ojek online pun ada kok.
Area
depan yang cukup luas ini dipadati oleh kedai-kedai makanan minuman, serta souvenir khas Minang – terutama Bukittinggi.
Kebun Binatang
Bukittinggi ini buka setiap hari, mulai jam 8 pagi s/d jam 6 malam.
Sebelum masuk, kita
beli tiket duluuu...
Harga
Tiket Masuk Kebun Binatang Bukittinggi
Untuk membeli tiket
masuk Kebun Binatang Bukittinggi, bisa secara tunai maupun non tunai menggunakan
Brizzi. Mungkin ada alat pembayaran non tunai lainnya, kayak GoPay, saya kurang
tau juga sih, karena saya berada di loket pembayaran tunai. Ini loketnya memang
terpisah dengan jarak yang nggak bersebelahan.
Harga tiket untuk
anak-anak sebesar Rp. 20 ribu, sedangkan orang dewasa Rp. 25 ribu. Sementara
untuk abang atau kakak bule, bayarnya Rp. 40 ribu. Mana tau teman-teman mau ke
sana barengan sama keluarga atau teman-teman bule. Harga tiket mereka beda ya,
haha...
Saya antri beli tiket
masuk untuk 4 orang dewasa dan 2 anak-anak. Ternyata pas bayar, karena nggak
punya kartu Brizzi, saya pun diminta untuk beli. Jadi tambahan tiketnya ada
seharga Rp. 15 ribu deh rasanya, untuk beli kartu Brizzi ini.
“Memangnya harus ya,
Pak?” Tanya saya.
“Iya, nanti masuknya
tap kartu.”
“Oww... oke...”
Saya kurang tau kalau
harga parkir kendaraan, karena memang ayahnya Giva nggak parkir di sana.
Sejarah Kebun Binatang Bukittinggi – Bermula dari Sebuah Kebun Bunga
Sewaktu bundanya Giva
ngajakin ke Kebun Binatang Bukittinggi ini, pikir saya sekalian lihat-lihat
aja. Eh ternyata, Kebun Binatang Bukittinggi ini merupakan salah satu tempat
wisata peninggalan Belanda juga ya. Wowww... sekalian wisata sejarah dong
saya...
Kebun Binatang
Bukittinggi merupakan salah satu kebun binatang tertua di Indonesia.
Satu-satunya kebun binatang juga di Sumatera Barat, dengan koleksi hewan
terlengkap di Pulau Sumatera. Kerennn...
Semua bermula pada
tahun 1900-an, di mana pemerintah Hindia Belanda membangun sebuah kebun bunga
yang dikasih nama Strompark. Nama yang diambil dari perancangnya, yaitu Strom
Gravenzande, seorang asisten residen Agam.
Lalu pada tanggal 3
Juli 1929, taman bunga Strompark ini dijadikan kebun binatang bernama Fort de Kocksche Dieren Park. Panjang
bener yak namanya, hahahahhh... Kebun binatang ini didirikan oleh Dr. J. Hock.
Kemudian pada tahun
1935, replika Rumah Gadang pun dibangun. Ada 9 ruang dengan anjungan di kanan
dan kirinya. Replika Rumah Gadang ini pun dinamakan Rumah Adat Baanjuang.
Setelah Indonesia
merdeka, kebun binatang Fort de Kocksche Dieren Park pun berganti nama menjadi
Taman Putri Bungsu. Alhamdulillah namanya jadi gampang, hahah...
Hingga pada tahun 1995,
nama kebun binatang ini pun berganti menjadi Taman Marga Satwa & Budaya
Kinantan.
Wow, panjang juga ya
sejarah Kebun Binatang Bukittinggi ini. Yuk lanjut, Giva dan Adek Devin lihat
apa aja di dalamnya...
Berkeliling
Kebun Binatang Bukittinggi yang Cantik dan Adem
Setelah beli tiket,
kami pun memasuki gerbang. Karena untuk mencegah penularan Covid juga, jadi
yang antri tiketnya 1 orang aja yang pegang kartu Brizzi dan bill. Rombongan lainnya dihitung aja,
lalu dicocokkan dengan bill-nya.
Kemudian tap kartu Brizzi, udah deh kita masuk...
Pengunjung di sini harus pakai masker. Kalau enggak, ya nggak boleh masuk. Untuk anak-anak pun diminta pakai masker, kecuali balita mungkin agak susah ya. Giva pun terbiasa pakai masker, tiap kali keluar rumah.
Kami mulai berjalan ke
sisi kanan. Di area paling bawah ini
ada hewan-hewan yang hidup di tanah, kayak rusa dan gajah. Lalu di area belakang inilah terletak Rumah Adat
Baanjuang. Kami pun memilih untuk putar-putar lihat hewan dulu.
Selesai berkeliling di area bawah, lanjut kami masuk gerbang
Taman Burung. Di sana ada beragam jenis burung, dengan kandangnya yang luas dan
cantik banget. Beberapa dihiasi dengan taman dan air mancur, yang bikin suasanya
makin adem untuk berkeliling.
Lanjut kami naik dan di
sana kami melongok ke bawah, untuk melihat harimau dengan kandangnya yang besar
juga. Kalau dari sisi bawah, ini bisa lihat harimaunya mondar-mandir dari balik
kaca.
Jalan sedikit ke arah
bawah, sampailah kami di area reptil.
Ada kandang ular, buaya, serta orang utan. Jumlah hewannya memang kebanyakan pada
satu-satu, tapi beragam jenisnya. Kalau buaya saya lihat ada 2, entah mungkin
lebih. Buaya kan makin banyak ya di jaman sekarang, hahahahhh...
Saya dan Giva emang
jalan terpisah dari rombongan lainnya, karena Giva antusiasnya emang tinggi.
Abis melongok ke yang satu, lanjut ngajakin jalan lagi. Walhasil,
“Ayok lah, Bu Ita. Kita
jalan berdua aja...”
Haha... ini pun udah
berapa kali bilang, “Bentar ya, Giva. Fotoin harimau dulu. Videoin buaya
dulu...”
Tibalah kami di depan
Aquarium Raksasa. Saya tanya ke Giva, mau masuk, nggak.
“Nggak usah deh. Udah
gerimis dan Giva kan udah pernah lihat ikan di Sea World.”
Sewaktu Giva liburan ke
Jakarta, memang sempat main ke Sea World.
Untuk memasuki Aquarium
Raksasa ini bayar tiket lagi ya. Harga tiket masuk untuk anak-anak sebesar Rp.
2 ribu, sedangkan orang dewasa Rp. 5 ribu.
Di sebelahnya ada
Museum Zoologi. Nanti kalau ada kesempatan main ke Kebun Binatang Bukittinggi,
moga bisa tengok-tengok 2 gedung ini ya... Termasuk melewati Jembatan Limpapeh
untuk melihat benteng. Karena kemarin udah menuju sore, plus udah gerimis pula,
makanya nggak sempat ke sana.
Anyway,
kalau
buat saya... Kebun Binatang Bukittinggi cantik dan design-nya keren pula. Jadi mulai gerbang taman burung, ini kita
berjalan muter aja, trus naik ke area
atasnya tanpa naik tangga, cuma jalanan yang mendaki aja, kemudian muter lagi.
Tempatnya nggak begitu
luas, jadinya nggak capek jalan kaki. Ditambah adem pula. Apalagi udah nyampe area paling atas. Ini enak banget
duduk-duduk sembari melihat Kota Bukittingi dari ketinggian.
Gerbang masuk dan
keluarnya beda, jadi berjalan itu cuma 1 arah aja. Untuk fasilitas lainnya
kayak Musholla dan toilet juga ada.
Ini sedikit video keseruan Giva dan Adek Devin sewaktu lihat-lihat hewan di Kebun Binatang Bukittinggi ya...
Rumah
Adat Baanjuang di Kebun Binatang Bukittinggi
Selesai berkeliling,
saya dan Giva pun duduk di pinggiran bawah Rumah Adat Baanjuang. Biar gampang
juga janjian dengan rombongan lainnya.
Nggak lama bundanya Giva pun datang. Sembari nunggu neneknya Giva dan Nenek Saras, saya masuk sebentar ke Rumah Adat Baanjuang ini. Giva diajak nggak mau, udah pegel dia, haha...
Cerita tentang mengunjungi Museum Rumah Adat Baanjuang, pada post terpisah ya...
Udah menuju sore,
saatnya kami siap-siap pulang. Tadinya mau mampir ke Jam Gadang dulu, tapi
ngelihat macetnya, waduhhh... Udahlah kapan-kapan aja main ke Bukittinggi lagi,
haha...
Oke, ini dia cerita
liburan Giva dan Adek Devin, sewaktu mengunjungi Taman Marga Satwa & Budaya
Kinantan, atau Kebun Binatang Bukittinggi. Moga bisa jadi rekomendasi bagi Ayah
Ibu, Om Tante, atau Kakek Nenek yang lagi mencari rekomendasi tempat wisata
anak dan keluarga di Sumatera Barat. Makasih banyak ya udah mampir...
No comments:
Post a Comment
Hai, temans... Makasih banyak ya udah mampir. Semua komen lewat jalur moderasi dulu ya :D Don't call me "mak" or "bund", coz I'm not emak-emak or bunda-bunda :P