Marandang, Sebuah Fiksi Kuliner

Tentang cara memasak rendang yang dihidangkan dalam sebuah cerita fiksi. Cerita dan resep, original milik saya. Ilustrasi dibantu oleh Gemini. Karena mengangkat tokoh anak-anak, jadi cerita ini layak untuk segala usia. Selamat membaca, teman-teman.


Rendang
Memasak rendang bersama Ibu Nita

Matahari baru saja memunculkan dirinya di atas langit, tetapi suara mesin mobil Ibu Nita sudah terdengar terparkir di depan rumah. Ibu Nita memang meminta supir pribadinya untuk menjemput Givana dan Devino dari Kota Padang, karena ia mengundang mereka berdua untuk memasak rendang di kampung. Memasak rendang memerlukan waktu berjam-jam, makanya Ibu Nita akan memulainya sejak pagi sekali.


Petualangan memasak rendang pun dimulai. Ibu Nita mengajak Givana dan Devino ke peternakan miliknya. Di sana, sudah disiapkan 1 kilo daging tanpa lemak dari sapi yang telah disembelih untuk dimasak rendang.


Rendang
Mengambil daging di peternakan Ibu Nita

"Bu, orang-orang itu lagi ngapain?" Devino menunjuk ke arah keramaian di sekitar peternakan.


"Oh, mereka lagi mengantri sisa daging yang udah siap untuk dibagikan. Kita kan cuma perlu 1 kilo aja."


Memang tiap kali akan memasak rendang atau olahan daging sapi lainnya, Ibu Nita selalu mengabarkan warga kampung. Bagi yang ingin mendapatkan sisa daging, silakan mengantre dengan teratur di peternakan.


Rendang
Mengambil bumbu di kebun Ibu Nita

Selesai mendapatkan daging, mereka melanjutkan perjalanan menuju perkebunan rempah milik Ibu Nita. Di sana terhampar beragam tanaman: cabai, bawang, serta tanaman rempah lainnya yang biasa Ibu Nita gunakan untuk memasak. Ibu Nita mengajak Givana dan Devino untuk memetik rempah dan dedaunan yang diperlukan.


Rupanya, rempah yang baru mereka petik masih belum cukup. Ibu Nita mengajak Givana dan Devino kembali naik mobil. Mereka akan menuju Pasar Lubuk Alung untuk membeli rempah kering, seperti lada, ketumbar, dan lainnya.


Rendang
Membeli rempah kering di Pasar Lubuk Alung

Mobil pun terparkir di dekat pasar. Kemudian mereka berjalan sedikit menuju los rempah. Setelah lengkap semua rempah, mereka kembali pulang.


"Ojek, Uni," terdengar sapaan Bapak Ojek pada Ibu Nita.


Rendang
Baruak mengambilkan kelapa di kebun Ibu Nita

Setibanya di rumah, Ibu Nita baru teringat kalau mereka belum menyiapkan santan. Ia pun mengajak Givana dan Devino menuju perkebunan buah. Di sana, dengan tangkas seekor baruak mengambilkan 3 buah kelapa tua. Serabut pun dikupas. Kelapa kemudian dibelah dan diparut untuk memudahkan saat memerasnya. Kelapa yang sudah diparut itu pun diperas dengan secukupnya air, untuk mendapatkan santan kental nan gurih.


Semua bahan telah lengkap. Saatnya menakar semua bahan, agar rendang yang akan dimasak terasa pas rasanya.


Di dalam dapur, Ibu Nita mulai memotong daging sapi menjadi 20 bagian. Kadang-kadang, potongannya menjadi 22 bagian—tergantung hasil potongan saja.


"Saat memotong daging sapi ini, nggak boleh terlalu tipis. Nantinya bisa hancur saat dimasak berjam-jam," ucap Ibu Nita.


Rendang
Menyiapkan bahan-bahan masakan di dapur

Givana membantu Ibu Nita dengan menakar santan hingga 2 liter. Lanjut Givana mengupas bawang merah sebanyak 100 gram, bawang putih 80 gram, jahe 35 gram, serta lengkuas sebanyak 70 gram. Setelah dicuci bersih, Ibu Nita pun memasukkan semua rempah basah pada mesin penggiling bumbu. Semuanya digiling hingga halus.


Sementara Devino yang dibantu oleh asisten Ibu Nita, menyiapkan cabai merah hingga 250 gram. Kembali Ibu Nita menghaluskannya dengan mesin penggiling.


Kemudian mereka juga menyiapkan butiran rempah kering yang dibeli di Pasar Lubuk Alung tadi. Ada ½ sdt lada, 2 sdt ketumbar, ¼ butir buah pala besar, ½ sdt jinten, 4 butir kapulaga, 3 butir bunga lawang, serta 6 butir cengkeh.


Ibu Nita pun mengambil kuali besi yang tergantung di dapur. Dengan api sangat pelan, ia menyangrai semua rempah kering hingga menguar wanginya yang hangat dan pedas. Setelah itu, butiran rempah kering yang sudah mewangi itu pun digiling hingga halus.


Terakhir, disiapkan pula 8 lembar daun jeruk, 2 lembar daun kunyit besar yang disobek-sobek, serta 1 batang serai yang dimemarkan. Tak lupa diselipkan juga 1 keping asam kandis.


Semua bahan telah siap. Ibu Nita yang dibantu oleh para asisten berjalan sembari membawa semua bahan-bahan masakan, menuju dapur di luar ruangan. Dalam sebuah pondok nan sejuk dikelilingi pepohonan, ada tungku perapian yang biasa Ibu Nita gunakan untuk memasak kuliner tradisional.


"Memasak rendang memang akan lebih sedap, kalau kita menggunakan kayu bakar. Tapi memasak di atas kompor pun juga nggak kalah sedapnya," Ibu Nita menjelaskan.


Daging yang telah dicuci bersih dan ditiriskan, dicampurkan dengan bumbu rempah basah, bumbu rempah kering, dan setengah cabai giling. Kemudian Ibu Nita mengaduknya hingga semua tercampur rata.


Rendang
Memasak rendang menggunakan tungku perapian

Selesai, Ibu Nita mulai menyalakan tungku perapian. Sejumlah kayu bakar telah disiapkan oleh asistennya, jadi Ibu Nita tinggal menyalakan api dengan korek api saja. Kemudian, diletakkan sebuah kuali besi yang cukup besar. Santan pun dimasukkan ke dalamnya, berikut sisa cabai giling dan semua dedaunan.


Ibu Nita mengaduknya hingga nantinya santan akan berminyak dan berubah seperti kuah gulai. Buih santan mulai pecah dan terdengar letupan-letupan kecil. Sesekali Givana dan Devino mencoba bergantian mengaduknya.


Sementara menantikan santan akan berminyak, asisten Ibu Nita pun membawakan susu cokelat dingin dan sepiring soft cookies. Mereka duduk di atas kursi kayu yang juga diletakkan di pondokan itu.


"Nah santannya sudah mulai berminyak. Ayo kita masukkan dagingnya," sahut Ibu Nita.


Potongan daging berbumbu yang dimasukkan ke dalam kuah santan pun, telah menjadi gulai daging. Aroma wangi rempah dan santan panas segera menyeruak, menyelimuti sekeliling pondokan. Sesekali Ibu Nita mengaduknya, kemudian sesekali duduk bersama Givana dan Devino. Menyimak cerita mereka berdua tentang sekolah dan teman-temannya.


Terlihat kuahnya sudah mulai mengental. Minyak dari santan mulai pecah dan berlompatan di permukaan.


"Kalau sudah di tahap ini, kita harus mengaduknya lebih sering, biar bagian bawahnya nggak lengket dan hangus."


Secara bergantian dengan Givana, Ibu Nita mengaduk bagian bawah kuali, agar bumbu rendang tidak lengket dan menyebabkan rasa pahit karena hangus.


"Wah, sudah 4 jam, tapi rendangnya belum matang juga," sahut Devino tak sabar.


Rendang buatan mereka tinggal terus diaduk, hingga bumbunya kering dan warnanya menjadi kehitaman.


Karena cabai giling yang digunakan belum diberi garam, maka Ibu Nita pun menambahkan 2 sdt garam dan 1/2 sdt kaldu sapi bubuk ke dalam masakan. Menjelang matang, dimasukkan juga sekeping asam kandis. Di waktu lain bila kehabisan, Ibu Nita menukarnya dengan 3 sdm air asam jawa.


Rendang masakan Ibu Nita pun telah matang dengan sempurna, bersamaan dengan jam makan siang tiba. Ia menyiapkan semangkok besar berisikan rendang yang masih panas. Kemudian mereka pun kembali masuk ke dalam rumah dan menuju meja makan.


Rendang
Menikmati makan siang dengan hangatnya rendang

Rupanya asisten Ibu Nita telah menyiapkan 3 piring nasi bersama sayuran daun singkong rebus, potongan mentimun, serta semangkok sambal hijau kukus sebagai pelengkap menu makan siang. Selesai beristirahat sebentar, Ibu Nita mengajak Givana dan Devino untuk menyantap rendang yang mereka masak.


"Hmm... Rendang yang lezat sekali," ucap Devino.


"Ini benar-benar rendang terlezat di dunia," sambung Givana.


"Rendang masakan Ibu ini, hasil resep warisan Nenek Givana dan Devino. Di setiap kampung atau daerah di Ranah Minang ini, juga memiliki resep spesialnya masing-masing. Tapi kita semua pastinya setuju kan, kalau rendang yang dimasak dengan penuh cinta, akan terasa mewah rasanya," kata Ibu Nita.


Ibu Nita pun senang melihat Givana dan Devino menyukai masakannya.

1 comment:

  1. Rendang yang lezat sekali
    Saya mau ikut antri daging sapinya juga ah
    Saya kan suka menu ini, bisa abis nasi sebakul

    ReplyDelete

Hai temans, makasih banyak ya udah meluangkan waktu untuk mampir. Semua komen dimoderasi dulu ya. Jangan lupa untuk mampir pada postingan lainnya.