… tentang sebuah promosi di suatu hari

Bagi saya, kehdupan adalah rangkaian pembelajaran. Begitupun kala seseorang berpromosi, “hanya” pada ibu saya. Serta cerita lama dari seorang teman, tentang cata berpromosi yang pimpinannya ajarkan. Cuma tentang catatan ngalor ngidul yang mungkin nggak ada faedahnya…


Apa kabar, teman-teman?


Kala itu, seseorang datang ke rumah untuk menemui ibu saya. Kebetulan ibu saya lagi merapikan rerumputan di samping rumah, sementara saya lagi ngasih makan kucing-kucing liar yang nggak jauh dari sana.

Udah selesai dengan keperluannya, tersimak obrolan mereka yang sesekali saya ikut nimbrung, karena memang cuma obrolan umum. Obrolan pun berlanjut tentang anak seseorang itu, yang menjadi seorang marketier pada sebuah travel umroh.


Dia pun menawarkan ibu saya untuk mendaftar umroh. Langsung saya memutuskan untuk fokus pada kucing-kucing aja, karena obrolan udah mengarah pada urusan pribadi. Cuma ibu saya yang ditawarkan J . Saya bukan orang yang suka nimbrung, ketika 2 orang lagi ada obrolan pribadi.


Jawab ibu saya, “Nanti, bilang dulu sama si ini…” Tersebut nama salah satu adek saya. Memang sebelumnya ada obrolan tentang ini.


Ketika saya berbalik badan dan cuma melihat kucing-kucing itu makan, kembali ada obrolan di antara mereka. Suara yang sama sekali nggak kedengeran. Mungkin cuma gerak bibirnya, yang kurang lebih begini, “Pergilah berdua dengan si ini…”


Saya menandai, ketika ibu saya kencang menjawabnya, “Trus siapa yang mau jagain anaknyaaa...”


Ketawa-tawa lah orang ini, sembari menghampiri saya, “Biarlah awak yang jaga. Ya, Nita. Biar kita berdua aja yang jagain anaknya…”


Saya terdiam. Obrolan apa, kok tiba-tiba ngomongin jaga anak. Anaknya siapa? Anggaplah saya nggak paham dengan bisikan dia ke ibu saya ya…

 


Tentang berpromosi… Saya paham, kenapa yang ditawarkan itu cuma ibu dan adek saya. Adek saya seorang pegawai perusahaan swasta dan punya gaji tetap. Teramat sangat masuk akal, kalau berpromosi pada ibu saya untuk mereka berdua.


Sementara saya, ibaratnya saya ini hanyalah anjing penjaga rumah. Ya, teman-teman dan orang-orang yang mengenal keseharian saya di media sosial, tentu tau kalau saya punya pekerjaan freelance yang bisa dikerjakan di rumah. Tapi enggak dengan sebagian besar orang-orang di kampung ini. Dalam benak mereka, yang namanya kerja itu ya di kantor, di pabrik, di restoran, pokoknya di luar rumah.. Kalaupun di rumah, misalnya jualan. Mana ada orang kerja yang cuma di dalam kamar, haha…


Jadi buat apa promosi sama Nita, mungkin begitu pikirnya. Mana dia punya duit, hidupnya aja cuma di rumah… Tapi sebenernya, seseorang ini pun juga tau kok, kalau saya punya pekerjaan online. Iya, sebatas itu…


***


Dulu, semasa saya masih ngajar di sebuah lembaga pendidikan, saya punya teman yang sebelumnya pernah jadi telemarketer di sebuah lembaga pendidikan juga. Lembaga pendidikan Bahasa Inggris khusus untuk orang dewasa, di area perkantoran Jakarta. Biaya kursusnya pun juga terbilang mahal.


Teman saya ini cerita, kalau temannya sesama telemarketer pernah kena tegur. Jadi atasannya nanya tentang calon customer yang kemarinnya datang, apa udah di-follow up atau belum.


Lalu si telemarketer-nya ini jawab,”Iya abis ini aku follow up, Bu. Tapi kayaknya kalau lihat tampangnya, nggak meyakinkan deh,”


Memang teman saya katanya juga melihat calon customer itu. Baik fisik maupun penampilannya ya memang, sangat sederhana cenderung lusuh.


Cepat-cepat atasannya membalas, “Kamu nggak boleh begitu! Mana tau dia punya pacar bule, trus mau dibayarin sama pacarnya. Bisa juga dia seorang asisten rumah tangga, yang mau dibayarin sama majikannya.”

 


Menyimak cerita teman kala itu, jadi sebuah pembelajaran baru juga bagi saya. Adakalanya yang menghalangi rezeki kita saat berbisnis atau berpromosi adalah… kita mengambil alih apa yang semestinya menjadi urusan Tuhan.


Sebagai seorang pemilik maupun marketer, cukuplah kita berpromosi tentang produk atau jasa yang ditawarkan. Nggak perlu kita sok tau akan rezeki dan takdir hidup orang lain. Itu urusan Tuhan yang nggak perlu kita ikut campur.


Kembali saya teringat akan artikel yang kala itu beredar. Entah fiksi atau kisah nyata, tapi bagi saya, artikel tersebut membawa pesan yang baik. Jadi ada seseorang yang pergi ke mall dan melihat sebuah pameran mobil mewah. Dihampirilah dia sama salah seorang marketer.


Lalu dia bilang, “Saya bukan orang kaya yang sanggup beli mobil mewah ini.”


“Nggak apa-apa, Pak. Saya doakan, suatu hari nanti bapak bisa membelinya. Biar hari ini saya jelaskan dulu.”


Ya, takdir hidup orang nggak akan ada yang tau. Lalu, bagi orang yang pingin bisnisnya atau pekerjaannya akan berjangka panjang, mereka nggak akan berpromosi cuma untuk hari ini.

 


“Tapi, Nit. Gua tau banget kok kalo orang itu emang kere.”


No! Nggak ada satu pun manusia yang bisa bener-bener tau akan hidup orang lain. Bukankah banyak, suami atau istri yang tiba-tiba baru tau kalau pasangannya punya banyak hutang lah, selingkuh lah. Bahkan diri kita sendiri pun nggak akan pernah tau, entah 1 detik kemudian, kita masih tetap punya uang atau uang kita akan bertambah.

 


Berpromosilah pada siapa aja, ya kecuali kita tau kalau orang itu emang nggak asyik ya, haha... Mana tau, deal-nya bukan sama dia, tapi dia kembali menyambung cerita pada orang-orang terdekatnya.


Misal kita berjualan makanan atau pecah belah yang bisanya dijual cuma untuk orang-orang sekota atau sedaerah aja, kemudian ada orang-orang jauh yang bertanya. Jelaskan aja dengan lengkap, ibarat orang itu akan membelinya. Memang dia nggak akan beli dalam waktu dekat, tapi mana tau, kembali dia ceritakan pada teman-teman atau saudaranya yang ada di tempat itu.


Dalam hidup ini, saya nggak meminta satu pun pujian. Tapi nggak dipungkiri, mencelus hati saya saat dianggp miskin, nggak punya duit banyak, jadi cukuplah Nita mengurus anak-anak adeknya, sementara ibu dan adeknya pergi umroh bersama travel yang anak dia promosikan.


Kalaupun saya ditawarkan, saya pun juga udah punya travel incaran, karena seorang teman bersama keluarganya udah pernah menggunakan jasa travel tersebut. Ya, andai Allah memberikan saya rezeki besar yang nggak disangka-sangka, serta kalau saya undangannya dari Padang ini. Mana tau takdir akan membawa saya ke tempat lain. Bukankah hidup adalah tentang ketidakpastian.


Sekali lagi, cuma tentang tulisan ngalor ngidul yang nggak ada manfaatnya. Tapi makasih banyak teman-teman udah mampir. 

No comments:

Post a Comment

Hai temans, makasih banyak ya udah meluangkan waktu untuk mampir. Semua komen dimoderasi dulu ya. Jangan lupa untuk mampir pada postingan lainnya.