Jelajah Kampung Berseri Astra Tabek, Talang Babungo: Satukan Gerak Bersama Astra, Bangkit dari Kampung Termiskin di Sumatera Barat

Jauh dari pusat kota, serta terjuluki sebagai kampung termiskin di Sumatera Barat. Hingga nun jauh dari ibukota, PT Astra International, Tbk pun hadir. Bukan cuma sekedar memberikan bantuan, namun bergotong royong untuk mengubah peradaban. Satukan gerak bersama Astra, kini sang kampung termiskin pun telah mengubah dirinya menjadi sebuah kampung yang mandiri dan sejahtera. Pada rangkaian roadshow Astra SATU Indonesia 2025, Blogger Padang pun diundang untuk melihat pesona Kampung Berseri Astra (KBA) Tabek. Mari simak cerita selanjutnya. #SatukanGerakTerusBerdampak #KitaSATUIndonesia

KBA Tabek, Talang Babungo

Apa kabar, teman-teman?

Astra SATU Indonesia memiliki program SATU Indonesia Awards, yaitu sebuah penghargaan pada para tokoh atas karya-karya terbaiknya di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi. Karya-karya yang tentunya akan berdampak baik pada lingkungan sekitar, serta negeri ini.

Astra SATU Indonesia 2025

Selain itu, juga ada penghargaan untuk Kampung Berseri Astra (KBA) dan Desa Sejahtera Astra (DSA). Desa-desa binaan Astra yang terus berjuang untuk menjadi desa yang mandiri dan sejahtera, dengan mengembangkan potensi lokalnya.

Untuk makin mengapresiasi para pemenang SATU Indonesia Awards, serta Penggerak KBA dan DSA, maka diadakan pula Lomba Foto Astra (LFA) dan Anugerah Pewarta Astra (APA).

Dalam rangka mempromosikan Astra SATU Indonesia 2025, Astra mengadakan workshop di beberapa daerah, yang salah satunya di Sumatera Barat ini. KBA Tabek pun terpilih menjadi tuan rumah.

Bukan secara kebetulan, bila KBA Tabek yang berketempatan sebagai tuan rumah. Selain menjadi kampung pertama yang terpilih dalam KBA di Sumatera Barat ini, KBA Tabek juga berhasil meraih 5 Besar Kampung Terbaik Binaan Astra. Hebat!

Betapa kesempatan yang luar biasa, ketika Blogger Padang diundang untuk mengikuti serangkaian roadshow Astra SATU Indonesia 2025 ini. Diajak berkeliling melihat suasana di sebuah desa wisata budaya. Merasakan hangatnya sapaan warga “jorong”, di tengah dinginnya udara Solok. Serta tentunya, terurai kisah akan perjalanan panjang Jorong Tabek, hingga pada akhirnya Astra hadir di sana.

 

Perjalanan dari Kota Padang Menuju KBA Tabek, Talang Babungo

KBA Tabek berada di Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo. Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Keberangkatan kami dari Kota Padang dimulai saat pagi-pagi sekali, mengingat perjalanan menuju Kabupaten Solok terbilang cukup jauh. Melintasi “tikungan adsense” Sitinjau Laut, menikmati pemandangan demi pemandangan danau yang terhampar begitu luasnya, serta megahnya pegunungan di atasnya.

Pemandangan Danau Kembar di Solok

Dua jam berlalu, tibalah kami di Alahan Panjang. Masih diperlukan 30 menit lagi, untuk tiba di Nagari Talang Babungo. Hingga pada akhirnya, sampailah kami di KBA Tabek.

Kalau teman-teman berangkat langsung dari Bandara International Minangkabau (BIM), akan menempuh kurang lebih 3 jam lamanya.

 

Melangkah kami memasuki MIS Mualimmin, tempat roadshow berlangsung. Nampak sederet anak-anak perempuan yang begitu cantik mengenakan kostum penari. Ada pula kelompok anak perempuan lainnya yang mengenakan kostum tari yang berbeda. Kemudian juga ada anak lelaki yang begitu gagah mengenakan kostum silat.

Para Bundo Kanduang – sebutan kami untuk ibu-ibu sang permaisuri rumah, juga nampak begitu anggunnya mengenakan baju kurung berwarna biru, khas warna Astra. Para Bundo Kanduang ini juga udah bersiap untuk memainkan alat musik tradisional. Selain itu, juga ada ibu-ibu yang menjaga mini bazaar yang berisikan produk UMKM khas KBA Tabek.

Bapak ibu, serta anak-anak lainnya, bahkan para kakek nenek pun juga turut meramaikan. Semua nampak begitu bersemangat menyambut perhelatan di jorong mereka.

Musik mulai mengalun, alat musik mulai dimainkan, Tari Pasambahan pun ditarikan dengan begitu anggunnya. Sebuah tarian selamat datang untuk para rombongan tamu yang hadir. Tarian yang juga diiringi dengan pertunjukan silat.

Tarian penyambutan pun ditutup dengan Tari Piring, yang lengkap dengan pertunjukan menginjak-injak pecahan beling. Luar biasa sekali!

Tarian dan silat tradisional ini merupakan seni budaya yang termasuk dalam pilar pendidikan di KBA Tabek. Seni budaya yang juga akan dipertunjukkan, bila teman-teman pergi berlibur ke Desa Wisata Budaya KBA Tabek.

Air nira dari pohon aren di Talang Babungo

Terhidang pula welcome drink khas KBA Tabek, yaitu air nira. Baru kali itu saya mencicipinya. Serupa dengan air tebu, namun disajikan hangat. Manis dan sedap sekali.

Kue kareh-kareh

Kemudian saya juga mencicipi kue kareh-kareh, yang dijual di mini bazaar. Kue yang terbuat dari tepung beras, gula aren, serta santan. Kareh artinya keras. Namun kue ini terasa renyah, enggak keras.

Selanjutnya kami “masuk kelas” dan duduk di kursi kayu – bernostalgia menjadi anak SD. Di dalam kelas itu, terurailah kisah dari Bapak Kasri Satra, S.Pd akan perjalanan panjang membesarkan KBA Tabek bersama Astra, hingga saat ini.

 

Jorong Tabek – Pahitnya Hidup di Desa Penghasil Manisnya Tebu dan Aren

Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Sumatera. Alamnya membentang menjadi dua bagian, yaitu wilayah pegunungan dan pesisir pantai.

Perkebunan teh di Solok

Solok merupakan salah satu kabupaten yang berada di daerah pegunungan atau perbukitan. Ada Kabupaten Solok, juga ada Kota Solok. Layaknya dataran tinggi lainnya, Solok memiliki udara yang sejuk hingga dingin, dengan hamparan perkebunan teh dan kopi, serta beragam sayur dan buah. Selain itu, Kabupaten Solok juga dikenal sebagai pusat beras terbanyak di Sumatera Barat. Kami menyebutnya “Bareh Solok”.

Kabupaten Solok memiliki 15 Kecamatan. Hiliran Gumanti merupakan salah satunya. Kecamatan Hiliran Gumanti ini memiliki 74 desa, yang disebut dengan “nagari”. Talang Babungo merupakan salah satu nagari yang ada di Kecamatan Hiliran Gumanti.

Nagari Talang Babungo pun memiliki 7 “jorong”, yang kemudian diadakan pemekaran hingga menjadi 10. Jorong merupakan sebutan untuk wilayah yang lebih kecil dari nagari. Kalau nagari itu setingkat dengan kelurahan, maka jorong bisa dibilang setingkat dengan RT atau RW. Lalu Tabek merupakan salah satu jorong yang ada di Nagari Talang Babungo.

Para narasumber: Rananggana Rayidhea (Astra), Kasri Satra (Penggerak KBA Tabek),
Yasrul (Kepala Jorong Tabek), Prasetyo Utomo (Photo Journalist Antara Foto)

“Dulu, kampung ini sering diolok-olok sebagai kampung termiskin di Sumatera Barat,” ucap Pak Kasri saat membuka cerita.


Jauh dari pusat kota dengan akses yang tertutup, menjadikan Jorong Tabek sebagai jorong yang tertinggal dan penuh kemiskinan. Bahkan kemiskinan yang udah dirasakan sejak zaman penjajahan Jepang. Jalan yang kecil dan rusak, membuat warga kesulitan untuk menjual hasil panen, berupa beras, tebu, jagung, sayur mayur, dan lainnya.

Nggak ada kendaraan yang mau mengangkut hasil panen warga ke Pasar Alahan Panjang. Kalaupun dibawa menggunakan motor, masih terasa kurang efektif. Pada akhirnya, hasil panen warga pun dijual murah, pada pemborong yang datang langsung.

Selain hasil panen di atas, tebu juga berlimpah di Jorong Tabek. Lebih dari 500 hektar, terhampar perkebunan tebu milik warga. Begitupun dengan pohon aren yang juga mencapai ratusan jumlahnya. Bahkan pohon aren ini bisa tumbuh secara liar. Namun kembali lagi karena masalah akses, hasil panen tebu dan aren ini juga terjual dengan harga murah.

Akan tetapi, dibalik kondisi yang penuh kemiskinan, tersimpan kekayaan warisan nenek moyang berupa semangat bergotong royong. Mulai dari pembangunan jalan, jembatan, sekolah, serta keperluan masyarakat lainnya, dibangun secara bergotong royong.

Musyawarah pun selalu dilakukan, mencari solusi akan bagaimana caranya bersama-sama keluar dari kemiskinan yang turun temurun.

 

Impian Bangkit dari Kemiskinan, Melalui Program Kampung Berseri Astra

Pak Kasri Satra, S.Pd - Penggerak KBA Tabek

“Saat kami letih, Astra pun hadir…”

 

Berada dalam kampung yang tertinggal dengan ekonomi buruk, udah menjadi keseharian masyarakat Jorong Tabek. Namun bagi generasi mudanya, tentu memiliki impian akan perubahan yang lebih baik.

Ketika mendengar informasi bahwa PT Astra International, Tbk memiliki program Kampung Berseri Astra (KBA), Pak Kasri pun nggak ingin melewatkan kesempatan tersebut. Ikhtiar menyejahterakan jorong pun dilakukan, dengan mengirimkan proposal pada Tim KBA Astra.

Kampung Berseri Astra (KBA) merupakan sebuah program dari CSR PT Astra International, Tbk untuk memberdayakan sebuah kampung, yang mencakup 4 pilar utama, yaitu dalam bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, serta wirausaha yang mengoptimalkan potensi lokal melalui Produk Unggulan Kawasan Pedesaan (PRUKADES) di kampung tersebut.

September hingga akhir tahun 2015, menjadi moment awal perubahan bagi warga Jorong Tabek. CSR PT Astra menyetujui proposal tersebut. Jorong Tabek menjadi satu-satunya kampung di Sumatera Barat yang terpilih. Luar biasa!

Jorong Tabek pun resmi menjadi “Kampung Berseri Astra Tabek”. Program demi program mulai dijalankan oleh Bapak Kasri Satra, S. Pd selaku Penggerak KBA Tabek.

Bukan uang tunai atau sembako yang diberikan oleh Astra. Melainkan sebuah pembinaan pada masyarakat. Ternyata, bukan hal yang mudah pula bagi Pak Kasri dalam menjalankan program ini. Awalnya cuma dua orang aja yang berkenan untuk bergabung. Karena masyarakat lebih ingin mendapatkan hasil yang instan.

Namun seiring waktu berjalan, hampir seluruh warga Jorong Tabek semangat bergotong royong memajukan jorong. Basamo Mangko Manjadi! Demikianlah falsafah Minang yang bermakna: bila dikejakan bersama-sama, maka akan terwujud segala impian yang awalnya terasa sulit. Bergotong royong memang identik dengan kehidupan masyarakat Minang, hasil warisan nenek moyang kami.

 

Rumah Pintar – Program Pertama dalam Pilar Pendidikan

Rumah Pintar di KBA Tabek

“Satu batang aren itu harus diangkat minimal 80 orang, baru bisa diangkat,” ucap Pak Kasri saat menceritakan tentang proses pembangunan Rumah Pintar.

 

Pilar pendidikan memang menjadi fokus yang pertama. Karena bagi Pak Kasri, semua harus dimulai dari pendidikan.

Rumah Pintar pun mulai dibangun. Sebuah rumah panggung sederhana, yang tiangnya dibuat dari batang aren. Pohon aren ditebang, kemudian batangnya dikumpulkan, lalu digotonglah beramai-ramai, hingga terdiri tegak sebuah rumah panggung dengan atap bagonjong, yang menjadi ciri khas rumah adat Minangkabau.

Rumah Pintar yang menjadi ikon KBA Tabek. Rumah yang menjadi tempat bersilaturahmi dan bermusyawarah. Rumah tempat anak-anak berkumpul sembari membaca buku.

Hingga saat ini, Rumah Pintar juga digunakan untuk menyambut rombongan tamu yang hadir, merasakan serunya “makan bajamba” alias makan bersama ala Minang, serta mengenal adat dan budaya Minang lainnya.

Pembangunan sekolah pun juga menjadi prioritas utama. Pak Kasri juga berkisah, bahwa sekolah yang kami datangi itu, bahkan ada wartawan yang dulu pernah menulis, “Satu-satunya sekolah di Sumatera Barat yang mirip kandang kuda.”

Lanjut Pak Kasri bercerita, tentang kondisi sekolah di Jorong Tabek sebelumnya. Sebuah sekolah yang nggak layak huni, bahkan sempat diusir karena bangunan tersebut milik orang lain. Kemudian berpindahlah ke musholla, lalu ke tempat lain. Semua peralatan sekolah pun dipinjam pada sekolah lain.

Atas fokus pada pendidikan, saat ini sekolah yang kami datangi itu udah menjadi salah satu sekolah terbaik di Kabupaten Solok. Juga merupakan sekolah dengan siswa terbanyak di Kecamatan Hiliran Gumanti. Bahkan saking banyak peminatnya, ruang kelas pun udah nggak cukup menampung.

“Dulu kalau ada anak-anak yang bersekolah di sini, baru dua hari saja sudah nggak mau lagi,” lanjut Pak Kasri.

Berawal dari Rumah Pintar ini pula, para orang tua makin bersemangat untuk memintarkan anak-anak. Permohonan beasiswa pun diajukan pada Astra, untuk anak-anak yang ingin bersekolah tinggi, namun apalah daya bila ekonomi orang tua belum mencukupi.

“Kalau dulu jorong ini merupakan jorong tanpa sarjana, saat ini Alhamdulillah di tiap rumah, ada saja anak-anak yang sarjana. Bahkan ada yang bersekolah di luar negeri.”

Hingga saat ini pun, Astra memberikan beasiswa pada anak-anak KBA Tabek. Besar harapan orang tua, agar generasi penerus suatu saat nanti bisa menjadi orang besar.

Anak-anak KBA Tabek menari piring

Selain berfokus pada pendidikan formal, nggak tinggal juga bagi KBA Tabek untuk melestarikan adat dan budaya nenek moyang pada generasi penerus. Anak-anak pun diajak berlatih menarikan tarian tradisional. Juga ada silat tradisional. Serta adat dan budaya Minangkabau lainnya yang tak lekang oleh panas, dan tak lapuk oleh hujan.

 

Ketika Tebu dan Aren, Mulai Dirasakan Manisnya oleh Warga – Membangun Pilar Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal

Gula aren khas Talang Babungo

“Di Jorong Tabek ini tidak ada bank, karena kami punya koperasi sendiri.” Sebuah penjelasan yang membuat saya tercengang mendengarnya.

 

Jalanan yang sebelumnya rusak, mulai diaspal dan sebagian lainnya dibeton. Akses menuju Pasar Alahan Panjang pun akhirnya jadi lebih mudah dan cepat.

Hasil panen warga yang kian mudah dijual, membuat Tim KBA Tabek juga ingin memberdayakan hasil tebu. Sebelumnya, dibantu oleh mahasiswa KKN Universitas Andalas Padang, sebuah pabrik mini dibangun, dengan modal dari Koperasi Serba Usaha (KSU) Tabek.

Hasil panen tebu yang awalnya banyak terabaikan, karena harga jualnya yang murah, sejak itu warga jadi makin semangat menjual hasil panen. Tim KBA membeli dengan harga yang lebih layak. Tebu tersebut dijadikan produksi gula tebu atau gula merah.

Rumah produksi gula semut di KBA Tabek

Kembali Tim KBA mengajukan permohonan pada Astra, akan alat produksi gula semut. Air nira hasil panen batang aren, dibeli oleh Tim KBA dengan harga yang cukup tinggi pula. Kemudian diproduksi menjadi gula semut kemasan.

Bagaimana cara menyalakan mesin-mesin itu, kalau listrik aja belum ada? Tentunya Astra memasangkan listrik terlebih dahulu.

Gula semut produk UMKM KBA Tabek

Saat ini, Tim KBA bisa memproduksi 1 ton gula per hari, dari yang sebelumnya cuma 25 kilo aja. Biar makin menarik minat pembeli, gula semut kemasan kecil 200 gram juga tersedia. Sebagai bentuk dukungan, Astra juga turut memborong.

Selain itu, juga ada produk UMKM lainnya, seperti keripik kolang kaling, kopi khas Talang Babungo, jahe dan kunyit bubuk, serta kue kareh-kareh. Bagi penggemar dendeng, juga ada Dendeng Mak Itam yang siap santap.

Pada bidang peternakan, juga ada peternakan sapi dan ayam telur, serta ayam potong. Nggak lupa dilengkapi dengan kolam ikan, sebagai tempat silatuhrami sembari memancing. Sesuai dengan nama jorongnya, yaitu Tabek, yang artinya kolam.

Hingga saat ini, seluruh kegiatan masyarakat KBA Tabek, berada di bawah naungan koperasi. Betapa penjelasan yang membuat saya tercengang, di tengah ramainya berita tentang bank saat ini.

Selain ada koperasi, juga ada Dana Peduli Sosial, untuk membantu masyarakat yang memerlukan bantuan, serta mungkin ada kondisi lingkungan yang perlu diperbaiki.

 

Gerakan Bebas Sampah dan Menanam Bunga untuk Membangun Pilar Lingkungan Hidup

Tugu Rangkiang Ecobricks
dari 225 KG sampah plastik, diubah menjadi 423 botol ecobricks 600 ML

“Banyak orang yang melakukan studi banding di sini, namun kecewa karena banyaknya sampah…” Cerita Pak Kasri selanjutnya, yang menjadi awal akan keindahan KBA Tabek.

 

Ekonomi yang mulai membaik, membuat warga KBA Tabek jadi makin bersemangat memajukan jorong. Termasuk saat diadakan pembekalan lingkungan. Jorong Tabek yang tadinya gersang dan awut-awutan, perlahan mulai dirapikan.

Sebuah ide pun kembali diterapkan, yaitu membagi KBA Tabek menjadi 11 zona hijau. Dalam 1 zona ada 40 – 50 KK. Masing-masing zona inilah yang bertanggung jawab pada lingkungan masing-masing.

Sampah-sampah mulai dibersihkan. Kemudian bunga-bunga nan menyegarkan mata pun, satu-persatu ditanam di sepanjang ruas jalan. Sesuai nama nagarinya: Talang Babungo, yang artinya “bambu yang dipenuhi bunga”. Udara dataran tinggi Solok yang sejuk, makin menambah kesejukan KBA Tabek.

Lalu kemana sampah-sampah itu dibuang? Kembali warga bergotong royong membangun Bank Sampah. Oh ya, kalau sebelumnya Pak Kasri bilang, di KBA Tabek itu nggak ada bank, ternyata sebenarnya ada ya, yaitu Bank Sampah, hihihi…

Bank Sampah di KBA Tabek

Satu atau dua kantongan sampah yang sebelumnya hanya dibuang, sejak itu dapat disetorkan pada Bank Sampah KBA. Tentunya harus dipilah dulu sampah basah dan kering. Kalau sampah tersebut berupa plastik kemasan, cara mengguntingnya pun harus tetap rapi.

Setelah menyetorkan tabungan sampah, para “nasabah” akan mendapat uang. Senang sekali, bukan. Dari tumpukan sampah di rumah, bisa untuk menambah uang dapur.

Sampah kering seperti kertas atau plastik kemasan ini, nantinya akan dijual pada pabrik yang bekerja sama. Kemasan plastik juga bisa dijadikan berbagai macam kerajinan tangan.

Maggot untuk pengurai sampah rumah tangga

Lalu gimana dengan sampah basah, seperti sisa makanan atau sampah dapur? Tim KBA juga memiliki program budidaya maggot. Berawal dari proses biokonversi dengan metode Black Soldier Fly (BSF), akan menghasilkan maggot dan kompos.

Kemudian maggot yang mengandung banyak protein ini, akan dibeli untuk makanan ternak.

 

Mendirikan PUSKESMAS dan POSYANDU untuk Menggenapi Pilar Kesehatan

Untuk melengkapi pilar dalam bidang kesehatan, maka KBA Tabek juga memiliki PUSKESMAS dan juga POSYANDU, untuk mencegah stunting serta gizi buruk lainnya pada bayi, balita, serta ibu hamil.

 

Berkeliling KBA Tabek, Talang Babungo

Selesai menyantap makan siang yang disiapkan oleh ibu-ibu, kami pun diajak berkeliling, melihat beberapa tempat yang menjadi keunggulan KBA Tabek.

 

Rumah Pintar

Lantai atas Rumah Pintar

Karena paling dekat dengan lokasi sekolah, maka Rumah Pintar menjadi kunjungan kami yang pertama. Satu persatu kami menaiki tangga. Ruangan yang cukup luas. Kala itu rame anak-anak yang lagi membaca buku, bersama kakak-kakak mahasiswa yang lagi KKN.

Pada sudut kiri memang ada mini perpustakaan dengan koleksi buku yang cukup banyak. Kemudian juga ada deretan piala terpajang.

Pada ruang lainnya, dibuat ala warung kopi yang pastinya menyenangkan sekali untuk duduk-duduk, menikmati dinginnya angin Solok.

Rumah Pintar ini makin dilengkapi dengan rumah pohon pada sisi belakang. Spot yang cantik sekali untuk berfoto dan bervideo. Kemarin itu rame sekali, jadi saya nggak sempat memotretnya.

 

Mini Pabrik Gula Semut

Kunjungan kami selanjutnya yaitu ke mini pabrik gula semut. Di dalamnya ada oven yang tingginya hampir seatap.. Dengan oven ini, maka proses produksi bisa tahan sampai 1 tahun. Jadi nggak mudah berjamur.

Sebelumnya Pak Kasri juga menjelaskan, gula tebu dan gula aren di Sumatera Barat itu salah satunya berasal dari Talang Babungo. Namun sulit untuk menembus pasar internasional, karena produknya yang nggak tahan lama, cepat berjamur.

Disampaikanlah pada Astra, bahwa Tim KBA memerlukan oven produksi. Gula semut dengan rasa yang khas itu pun, sekarang ini jadi dapat dipasarkan lebih banyak.

Di mini pabrik ini pula, saya sempat mencicipi gula semut khas Talang Babungo. Dengan rasa manis yang nggak berlebihan, cocok cekali untuk dijadikan cemilan, ehhh…

 

Kilang Tebu

Anak perempuan sedang melihat anak lelaki manundo kilangan tabu

Kilang tebu merupakan alat tradisional untuk memeras air tebu. Walau udah memiliki mesin produksi yang canggih, namun kilang tebu tetaplah diabadikan, untuk diperkenalkan pada anak cucu, serta menjadi salah satu obyek wisata di Desa Wisata Budaya KBA Tabek.

Ada palang kiri dan kanan yang masing-masingnya didorong oleh tiga orang. Kemudian batang tebu diletakkan di tengahnya. Palang digerakkan memutar, maka keluarlah air tebu.

Teman-teman kami juga turut mencoba Manundo Kilangan Tabu – begitu orang Minang menyebutnya. Kalau saya, cukupnya menikmati hasilnya dalam bentuk segelas es tebu, hehehe…

Ya, ada ibu-ibu yang menyuguhkan pilihan es tebu jeruk dan es tebu asli, dari tebu khas Talang Babungo.

 

Proses Pembuatan Ampiang

Ampiang merupakan beras ketan yang dihaluskan, lalu disantap dengan adukan kelapa parut dan gula aren.

Manampih ampiang

Kami melihat mulai dari proses Manampih Ampiang, yaitu menampih padi untuk memisahkan batu-batu.

Marandang ampiang

Kemudian proses selanjutnya adalah Marandang Ampiang, yaitu menyangrai ampiang hingga kuning keemasan.

Manumbuak ampiang

Lanjut dengan Manumbuak Ampiang, yaitu menghaluskan ampiang menggunakan lesung.

Ampiang

Ampiang pun siap disajikan bersama kelapa parut dan gula aren. Kami juga mencicipi ampiang yang disuguhkan oleh ibu-ibu.

 

Bank Sampah, Peternakan Maggot, Kolam Ikan

Terakhir kami masuk ke dalam Bank Sampah. Ruangan yang cukup luas juga, dengan bertumpuk sampah-sampah daur ulang yang tersusun rapi di dalamnya. Nggak jauh dari Bank Sampah ini, ada peternakan maggot dan juga kolam ikan mini.

 

Meraih Penghargaan Desa yang Bersih dari Kementrian

Astra memang pembuka jalan akan sebuah perubahan bagi masyarakat Jorong Tabek, melalui program Kampung Berseri Astra. Namun, semangat bergotong royonglah yang membuat KBA Tabek terus berbenah hingga saat ini.

Atas keberhasilan di bidang kebersihan pula, KBA Tabek meraih penghargaan Program Kampung Iklim (PROKLIM) dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.

Kemudian KBA Tabek juga berhasil meraih 10 Besar Kampung Binaan Terbaik Astra

Hingga prestasi terus menanjak menjadi 5 Besar KBA Proklim Berkelanjutan

Atas keberhasilan menjadi sebuah kampung yang mandiri, maka KBA Tabek pun memiliki slogan: Kampung Berseri Masyarakat Mandiri.

Blogger Padang goes to Solok :D 

Menjelang sore, saatnya kami pamit pulang. Betapa sebuah pengalaman, sekaligus menambah wawasan yang luar biasa, atas kunjungan kami ke KBA Tabek. Terhantur rasa terima kasih teramat banyak pada Tim Astra SATU Indonesia 2025, atas roadshow yang seru sekali. Pada seluruh warga KBA Tabek, atas segala sapaan serta penjelasan yang diberikan dengan penuh kehangatan. Juga untuk hidangan yang sedap-sedap sekali. Tak lupa juga pada Tim PenaKita yang menjadikan acara terasa menyenangkan sekali.

Demikianlah kisah akan perjalanan panjang KBA Tabek, sebuah kampung yang turut dibesarkan oleh Astra selama 8 tahun lamanya. Moga dapat menambah wawasan teman-teman semua, juga dapat menjadi ide bagi teman-teman yang menyukai wisata budaya. Teriring salam dari Ranah Minang. Terima kasih banyak udah mampir. 

Comments

  1. Wah...senang sekali bisa jalan bersama ke KBA Tabek Talang Babungo. Semoga daerah ini terus maju dan berkembang, Aminnn

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kiem. Moga nanti ada lagi ruas Sumbar lainnya yg bisa dikunjungi ber-ramai2 :D

      Delete

Post a Comment

Hai temans, makasih banyak ya udah meluangkan waktu untuk mampir. Semua komen dimoderasi dulu ya. Jangan lupa untuk mampir pada postingan lainnya.