Rendang merupakan mahakarya kuliner khas Minang. Olahan daging sapi yang dimasak perlahan bersama santan, cabe giling, serta beragam rempah pilihan. Tampilannya yang kehitaman dengan rasa gurih pedas, menyimpan filosofi memasak yang mendalam. Terangkum sebuah resep cara memasak rendang khas Minang, yang juga populer dengan sebutan: Rendang Padang.
Apa
kabar, Teman-teman?
Sebagai
seseorang yang memiliki darah Minang, meski bertahun-tahun almarhumah Nenek udah
merantau ke Jakarta, tradisi memasak kuliner Minang nggak pernah terlupakan.
Bahkan, masakan pertama yang saya kuasai adalah masakan Minang -- suatu hal
yang sebagian orang anggap sulit.
Namun,
dari beberapa masakan Minang yang saya kuasai, rendang nggak termasuk di dalamnya.
Saya selalu lupa takarannya. Lalu proses memasaknya yang memakan waktu lama,
membuat rendang hanya tersedia di rumah kami saat perayaan khusus aja, seperti
Lebaran atau acara keluarga.
Lucunya,
pada akhirnya saya memutuskan untuk merintis usaha nasi rendang ayam, hahaha… Yang
kemudian beralih ke rendang ayam beku (frozen).
Nggak bisa masak rendang, tapi justru jualan rendang? Tentu saja, secara teknis
saya menguasai prosesnya. Saya cuma perlu menanyakan takaran resep yang presisi
kepada Ibu, yang juga mewarisi resep langsung dari almarhumah Nenek. Jadi, rasa
rendangnya kurang lebih sama seperti yang Nenek masak dulu.
Memasak
rendang yang sempurna nggak cuma soal takaran resep. Ini juga tentang tahapan
krusial dan menjaga konsistensi besar api. Tujuannya biar rendang menjadi
kering dengan warna kehitaman yang khas, tanpa gosong, dan yang terpenting,
tekstur dagingnya nggak hancur.
Saya
nggak lantas mengklaim diri sebagai ahli memasak rendang. Namun, ini merupakan
beberapa tips penting yang saya pelajari langsung dari almarhumah Nenek dan
Ibu, serta yang telah saya terapkan selama bakulan rendang.
Catatan:
Panduan ini khusus untuk memasak rendang daging sapi. Untuk rendang ayam, ada
sedikit perbedaan teknik yang akan saya ulas pada waktu lainnya.
Panduan Memasak Rendang Daging Sapi: Kunci Mencapai
Warna Kehitaman Maksimal
1. Pilih Daging Khusus Rendang
Teruntuk
kita-kita yang kurang familiar dengan jenis-jenis daging sapi, cukup sampaikan kepada
penjual bahwa Teman-teman ingin membeli daging khusus untuk rendang. Penjual
biasanya akan memberikan daging padat tanpa banyak lemak. Jenis daging ini
kuat, nggak mudah hancur, namun tetap mampu menghasilkan tekstur yang empuk
setelah dimasak lama.
2. Hindari Penggunaan Kunyit
Beberapa
teman bertanya, mengapa rendang buatan mereka hasilnya kuning kecokelatan.
Setelah diselidiki, ternyata mereka menambahkan kunyit. Untuk rendang khas
Minang yang kering dan kehitaman, hindari penggunaan kunyit dalam bumbu.
3. Masukkan Santannya Duluan
Santan
atau daging duluan? Tradisi yang saya warisi adalah santan duluan, bersama
dengan bumbu giling. Setelah santan dimasak kurang lebih satu jam, barulah
daging dimasukkan.
Namun,
seperti halnya setiap tradisi kuliner, terdapat variasi teknik yang nggak kalah
istimewa. Ada tradisi di beberapa daerah di Ranah Minang ini, yang memulai
proses memasak dengan mengolah daging dan semua bumbu, hingga air yang berasal
dari potongan daging menyusut. Barulah santan dimasukkan, kemudian diaduk
hingga kering.
Kedua
pendekatan ini sama-sama tepat, sesuai tradisi warisan masing-masing.
4. Bumbu Nggak Perlu Ditumis
Untuk
menghasilkan rendang khas Minang dengan rasa rempah yang lebih gurih dan segar,
bumbu yang dimasukkan nggak perlu ditumis. Minyak yang Teman-teman lihat di
permukaan, merupakan minyak asli yang dihasilkan dari pati santan. Ketika baru
matang, rendang mungkin masih terlihat berminyak, tetapi setelah dipanaskan
berulang kali, minyaknya perlahan akan terserap, menjadikan rendang semakin
kering dan kehitaman.
Namun
perlu dicatat, ada juga tradisi warisan yang menumis bumbu terlebih dahulu. Ini
umumnya dilakukan jika kualitas kelapa (santan) di daerah tersebut kurang
berminyak. Penumisan dapat dilakukan dengan sedikit minyak yang dilebihkan,
seperti yang biasa almarhumah Nenek saya lakukan di Jakarta.
5. Gunakan Api Pelan yang Konsisten
Memasak
dengan api pelan bukan sekedar masalah tekstur, tetapi ini merupakan filosofi marandang (memasak rendang) yang
sesungguhnya -- membiarkan bumbu meresap perlahan, matang berbarengan dengan
kuah yang mengering. Ini memastikan bumbu benar-benar menyatu dengan serat
daging.
Kalau
Teman-teman berpikir untuk mem-presto daging terlebih dahulu, sebaiknya
urungkan niat tersebut. Akan jauh lebih lezat jika daging dimasak berbarengan
dengan kuah, biar bumbu benar-benar meresap sempurna. Apalagi kalau rendang
ditujukan untuk diawetkan, memasak dengan cara tradisional (bahkan di kampung
menggunakan kayu bakar) akan menghasilkan daya tahan yang jauh lebih lama
dibandingkan menggunakan kompor.
Selain
api, potongan daging juga menentukan. Biasanya, satu kilo daging dipotong
menjadi 20 hingga maksimal 22 bagian. Jangan potong terlalu kecil, karena
pengadukan yang intens akan membuatnya mudah hancur.
6. Tepat Waktu Mengaduk Rendang
Untuk
mencegah daging dan bumbu rendang gosong, pengadukan harus dilakukan dengan
benar dan pada waktu yang tepat.
* Awal Proses: Sejak santan dimasukkan hingga
mendidih, pengadukan harus lebih sering untuk mencegah santan pecah atau
gumpal.
* Fase Sedang: Setelah santan mendidih dan
daging dimasukkan, aduk sesekali saja.
* Fase Akhir: Ketika minyak sudah mulai
menyembur (berlompatan), frekuensi mengaduk harus ditingkatkan. Terus
pertahankan api pelan yang konsisten sejak awal.
7. Rasio Kunci Rendang Kaya Bumbu
Sering
ada pertanyaan mengapa rendang buatan seseorang terlihat minim bumbu.
Hal ini biasanya karena rasio kelapa (santan) yang digunakan nggak seimbang
dengan jumlah daging.
Untuk
memasak rendang yang kering kehitaman, rasio idealnya adalah 1:3. Artinya, 1
kilo daging membutuhkan 3 butir kelapa tua. Jumlah santannya akan menghasilkan
sekitar 1,5 hingga 2 liter.
Saat
membeli kelapa di pasar, pastikan Teman-teman meminta kelapa yang tua, karena
kelapa yang kurang tua akan menghasilkan santan yang kurang bagus, berpotensi
mengurangi volume bumbu kering rendang.
Hemm...
apa lagi ya? Kalau nanti ada yang kurang, Teman-teman bisa bertanya pada kolom
komen aja ya. Atau mungkin Teman-teman yang biasa memasak rendang, boleh kita sharing juga. Yuk sekarang kita mulai
catat bumbu-bumbu serta cara memasaknya.
Resep: Rendang Daging Sapi Khas Minang yang Coklat
Kehitaman
Pada
tiap kampung atau kota di Ranah Minang ini, adakalanya menggunakan bumbu yang
sedikit berbeda. Jadi kalau mungkin ada yang Teman-teman lihat di resep lain,
kok dia pakai bumbu ini, nggak pakai bumbu itu, mungkin karena kampungnya
memang beda dengan kami.
Yang
kami masak ini merupakan rendang ala pesisir yang menggunakan rempah kering.
Nggak menggunakan ambu ambu atau kelapa parut sangrai, namun bisa tetap
menghitam karena nggak menggunakan kunyit.
Bahan-bahan yang Diperlukan
Bahan Utama
* Daging Sapi (Potongan Rendang): 1 kilo
(Pilih daging khusus rendang)
* Santan (dari Kelapa Tua): 3 butir kelapa
(Menghasilkan 1,5 – 2 liter santan.)
* Cabe Giling Merah: 200 gram (Jumlah dapat
disesuaikan dengan tingkat pedas yang diinginkan)
* Garam: 2 sdt
* Kaldu Bubuk Sapi: ½ sdt
Daun Aromatik
* Sereh: 1 batang (Dimemarkan)
* Daun Jeruk: 10 lembar
* Daun Kunyit: 1 lembar (Disobek-sobek kasar)
* Asam Kandis atau Air Asam Jawa: 1 keping
Asam Kandis atau ± 3 sdm Air Asam Jawa
Rempah Basah: Blender Halus
*
Bawang Merah: 100 gram
* Bawang Putih: 80 gram
* Jahe: 35 gram
* Lengkuas: 70 gram
* Cabai Rawit Merah: 50 gram
Rempah Kering: Sangrai dengan Api Kecil hingga Harum,
lalu Ulek Halus
*
Lada: ½ sdt
* Ketumbar: 2 sdt
* Pala: ¼ butir (yang besar)
* Jintan: ½ sdt
* Kapulaga: 4 butir
* Bunga Lawang: 3 butir
* Cengkeh: 6 butir
Catatan:
*
Tingkat Kepedasan Cabe: Untuk membeli cabe giling memang susah-susah gampang.
Saya biasanya membeli cabe merah utuh, lalu minta digilingkan (karena untuk jualan).
Kalau Teman-teman cuma untuk masak rumahan, blender yang bagus bisa digunakan.
Saya
mencampur dengan cabai rawit merah karena cabai merah yang saya beli di Jakarta
kurang pedas. Di kampung, Ibu saya biasa hanya menggunakan cabai merah karena
kualitas di sini lebih pedas.
* Penggunaan Asam: Ibu saya biasa menggunakan
air asam jawa untuk memasak daging sapi, sementara asam kandis lebih sering
digunakan untuk rendang ayam.
Langkah Memasak Rendang Kering Kehitaman Ala Minang
* Persiapan Daging: Cuci bersih daging sapi, lalu
tiriskan hingga airnya nggak menetes.
* Campur Bumbu Awal: Aduk daging sapi dengan
bumbu halus dan setengah porsi cabe giling merah. Jangan lupa masukkan garam
dan kaldu bubuk ke dalam adonan daging ini. Namun bila cabe giling yang
Teman-teman beli rasanya udah asin, masukkan garam dan kaldu bubuk belakangan
aja.
* Memasak Santan (Dasar Kuah): Nyalakan kompor
dengan api pelan. Masukkan santan, sisa setengah cabe giling, dan semua daun-daunan (sereh, daun jeruk, daun kunyit). Aduk santan sering-sering hingga mendidih biar nggak pecah
atau menggumpal.
* Reduksi Awal: Masak santan selama kurang
lebih 1 jam dengan sesekali diaduk.
* Masukkan Daging: Masukkan potongan daging
sapi yang udah dicampur bumbu. Aduk sesekali hingga kuah mulai berminyak.
* Fase Akhir (Intensitas Aduk): Kalau
minyaknya udah mulai menyembur (berlompatan), frekuensi mengaduk harus
ditingkatkan secara lebih sering. Hingga rendang menjadi kering dan berwarna
kehitaman.
Durasi dan Tips Tambahan:
* Proses memasak dengan api pelan ini bisa
memakan waktu kurang lebih 4 sampai 5 jam.
* Kalau memang tangan udah pegal, hahaha…
Teman-teman boleh mematikan kompor setelah rendang mencapai fase kalio (kuah udah
mengental). Namun, jangan matikan api sebelum menjadi kalio, karena rasa
bumbunya bisa kurang maksimal.
* Biasanya, orang memasak rendang memang
diangsur (dicicil) keringnya. Kecuali saya, karena untuk kebutuhan jualan, saya
menyelesaikannya dalam sekali masak sampai kering.
Nah,
itu dia resep rendang yang mungkin bisa membuat nasi cepat habis! Semoga resep
khas Minang ini bisa jadi andalan baru di dapur teman-teman. Selamat memasak.
Terima kasih banyak udah berkunjung.
No comments:
Post a Comment
Hai temans, makasih banyak ya udah meluangkan waktu untuk mampir. Semua komen dimoderasi dulu ya. Jangan lupa untuk mampir pada postingan lainnya.